Esok dan Sebuah Tanya

Diluar hanya ada terik yang menyiksa raga, atau desir angin yang berdebu pekat, atau pekik orang-orang yang getir, atau lelaki mabuk yang mengulum bibir pasangannya. Di luar begitu-begitu saja. Kita meratapinya dengan mata yang terbuka . setelahnya senyap dalam tidur. 

Tetapi besok bisa saja adalah momen yang menentukan apakah kedepan, “di luar sana”, suasana hidup menjadi berubah atau begitu-begitu saja.  tak ada yang tahu pasti. Orang-orang yang mengaku aktifis mengatakan besok adalah sebuah peluang; setidaknya sebuah kesempatan untuk menjemput perubahan. Maka besok paska senyap dalam tidur adalah gegap gempita; pekik suara lantang para demonstran, asap mengepul di angkasa, huru hara. Mungkin seperti itulah perkiraannya; sebesar dan seribut ocehan-ocehan banal penuh hasrat revolusi yang bergumul di akun media sosial para aktifis. 

Yah, akhir-akhir ini para aktifis memuja momen esok hari  dengan Sebuah obsesi yang besar; lengserkan Jokowi-JK. meskipun semangatnya tak begitu membakar di tataran kampus, hanya membara di media sosial. maka besok adalah penegasan batas-batas: mana yang disebut aktifis dan mana yang disebut mahasiswa biasa. aku mungkin adalah satu diantara jutaan mahasiswa yang masuk kategori kedua yang sudah barang pasti menjalani hari esok dengan ritus hidup yang begitu-begitu saja; kekampus, menunggu dosen, konsultasi skripsi, ngobrol sana-sini di kantin kampus. Sementara para Mahasiswa aktifis akan mewujudkan obsesinya membawa kekuasaan Jokowi-JK ke tiang gantungan melalui gegap gempita demonstrasi. Syahdan, sebuah pertanyaan yang membuat mendung dikepala: Apakah bisa?

Biarkanlah tanya ini nyaman berseliweran dengan mendung di kepala. Tak usah dibiarkan liar menyusuri rantai konsepsi dan analisis. Sebab, para aktifis hari ini lebih berhasrat pada aksi dan praktek nyata hingga membuat mereka tak terlalu gandrung dengan konsep dan analisis yang berbelit-belit.  

Komentar

Populer Sepekan