Taksonomi Berpikir: LOTS dan HOTS




Jika saya menjadi pembicara mengenai tema Logika atau Kerangka Berpikir,  saya sering mendapatkan pertanyaan dari peserta, kurang-lebih redaksinya seperti ini: Apakah  mengingat  juga adalah proses berpikir? Pertanyaan tersebut tentu muncul bukan tanpa alasan. Biasanya, saya menghadapi peserta yang sebagian sudah mendapatkan materi  Logika atau “Kerangka Berpikir.

Umumnya pembicara untuk kedua tema itu sering mendefinisikan  berpikir sebagai “proses kerja akal/otak untuk menghasilkan pengetahuan baru dengan berangkat dari pengetahuan lama”. Saya menduga peserta yang memunculkan pertanyaan seperti itu, mendapatkan definisi berpikir demikian. Sehingga wajar  terlintas di benak mereka: bagaimana jika kita hanya mengingat kembali pengetahuan sebelumnya dan dituturkan ke orang lain? Apakah itu juga termasuk berpikir?

Pada dasarnya definisi umum tersebut sangat benar. Tapi sebenarnya hanya menjelaskan satu aspek kemampuan kognitif manusia yang kompleks dan rumit. Meski  mengingat  hanya bertujuan menimbulkan kembali pengetahuan lama. Namun aktivitas kognitif tersebut juga bisa disebut sebagai berpikir, walaupun ia berada pada hierarki paling rendah dalam struktur kognitif manusia.

Psikolog pendidikan ternama, Benjamin Samuel Bloom pernah mengklasifikasikan kemampuan kognitif manusia mulai dari berpikir tingkat rendah hingga berpikir tingkat tinggi. Teori kognitif Bloom kemudian hari dikenal dengan istilah “taksonomi Bloom”, yang kemudian direvisi oleh sekelompok psikolog kognitif— Anderson, Krathwohl, — dalam model klasifikasi yang lebih dinamis.

Dalam taksonomi berpikir yang berhasil dikembangkan para ahli psikologi pendidikan dan kognitif, “mengingat” termasuk dalam kemampuan berpikir manusia. Namun ia berada pada hierarki paling bawah dalam taksonomi berpikir. Setidaknya ada enam dimensi berpikir manusia  yang diklasifikasikan secara hierarkis berdasarkan pada level kemampuannya. Keenamnya dibagi menjadi dua tingkatan.

Pertama, Lower-Order Thinking Skills atau LOTS: mengingat (remember), memahami (understand) , mengaplikasikan (apply). Kedua, Higher-Order Thinking Skills atau HOTS: menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create). Klasifikasi tersebut saya ambil dari taksonomi Bloom hasil revisi.


Dalam hasil revisi, dimensi pengetahuan yang mulanya dimasukkan sebagai bagian dari dimensi kognitif, dipisahkan dan menjadi dimensi yang berdiri sendiri. Dimensi pengetahuan ini akan saya jelaskan dalam kesempatan lain. Nah, seperti apa penjelasan keenam dimensi berpikir manusia itu?

Lower-Order Thinking Skills

Dalam taksonomi berpikir, mengingat adalah kemampuan paling rendah dalam proses kognitif manusia, yang didefinisikan sebagai usaha untuk mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Otak manusia memiliki dua jenis memori: jangka pendek dan jangka panjang. Memori jangka pendek berfungsi sebagai penyimpanan informasi sementara untuk kebutuhan sesaat. Sementara memori jangka panjang berfungsi menyimpan data dalam jangka waktu yang lama.

Memori jangka panjang inilah yang memungkinkan manusia mengingat kembali  informasi, pengetahuan, pengalaman masa lalu dengan cara mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).  Kemampuan hafalan bisa dimasukkan dalam dimensi kognitif mengingat. Itulah sebabnya orang-orang yang hanya sekadar menghafal hanya mengaktifkan kemampuan kognitifnya yang paling rendah. 

Tingkatan kedua adalah memahami yang bisa diartikan sebagai proses membangun makna dari setiap pesan yang diterimanya atau yang tersimpan dari memori jangka panjangnya. Dengan kemampuan memahami, seseorang mampu membangun penjelasan dari setiap pesan yang diterimanya, dapat mengklasifikasikan setiap konsep berdasarkan pada genus dan differentia-nya, dan melakukan prediksi.

Dimensi ketiga adalah mengaplikasikan, yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan setiap prosedur dalam rangka memecahkan masalah.  Mengaplikasikan terkait dengan kemampuan kognitif yang dapat membantu seseorang untuk menghasilkan pengetahuan praktis yang bersifat prosedural.
 
Singkatnya pikiran mampu membantu manusia untuk menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan menjawab pertanyaan, memberikan saran-saran, melakukan pengujian, dan penggunaan teknik tertentu adalah pengetahuan yang dihasilkan oleh dimensi aplikatif dalam kognisi manusia.

Higher-Order Thinking Skills

Dimensi keempat adalah menganalisis yang bisa diartikan sebagai  proses pemecahan masalah dengan memisahkan masalah menjadi bagian-bagian dasar dan mencari tahu keterkaitan dan hubungan dari bagian-bagian tersebut agar masalah dapat diidentifikasi.

Jika mengaplikasikan adalah penyelesaian masalah dengan prosedur yang telah ditentukan. Analisis adalah penyelesaian masalah dengan membangun ulang, mengorganisasikan, melakukan atribusi, melalui proses penyelidikan setiap bagian-bagian untuk  mengetahui perbedaan dan hubungannya.

Pada tingkat tertentu analisis dapat membantu mengintegrasikan bagian-bagian, bahkan mendekonstruksi bagian-bagian tersebut guna membangun ulang. Sehingga analisis lebih bersifat konseptual-abstraksi daripada aplikasi yang lebih bersifat praktis. Itulah mengapa kemampuan analisis masuk dalam kategori berpikir tingkat tinggi. Sebab, menganalisis sangat terkait dengan proses berpikir koheren, sistematis, dan dekonstruktif yang tentunya sudah jauh lebih sulit dibanding sekadar mengingat dan memahami.

Dimensi kelima adalah mengevaluasi yang bisa diartikan sebagai kemampuan membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu.  Setidaknya ada dua bentuk penilaian: periksa dan kritik. Dalam melakukan pemeriksaan, seseorang akan berpikir untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, prosedur, dan produk berjalan dengan baik.

Kritik atau berpikir kritis adalah kemampuan merefleksikan sesuatu untuk mengetahui konsistensi, efisiensi, relevansi, dan nilai benar-salah dari sesuatu itu. Berpikir kritis selalu dimulai dengan sikap skeptis dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Dimensi keenam, adalah mencipta atau berpikir kreatif, yang dapat diartikan sebagai membentuk kesatuan yang koheren antar setiap elemen untuk diorganisasikan ulang guna menghasilkan sesuatu yang baru. Menciptakan dalam konteks ini tak harus selalu terkait dengan produk fisik, namun juga produk non-fisik seperti teori baru, paradigma baru, dll.

Olehnya itu, berpikir sebagai “proses kerja akal/otak untuk menghasilkan pengetahuan baru dengan berangkat dari pengetahuan lama” bisa dimasukkan dalam dimensi menciptakan. Karena adanya pengetahuan baru, menandakan bekerjanya proses berpikir kreatif dalam struktur kognitif manusia.  Generalisasi dapat dianggap sebagai berpikir kreatif,  sepanjang  seseorang dapat menghasilkan gagasan umum berbentuk teori baru berdasarkan pada kejadian-kejadian yang bersifat khusus.

Pun, berpikir spekulatif dan imajinatif juga dapat mewujud menjadi berpikir kreatif sepanjang membantu menghasilkan kemungkinan lain yang belum terpikirkan dan terbayangkan sebelumnya. Kata kunci dari berpikir kreatif adalah kemampuan meraih setiap kemungkinan yang belum pernah ada, berpikir “out of the box”.

Berpikir kreatif adalah keahlian berpikir yang paling sulit. Sebab syaratnya adalah, berpikir dengan sudut pandang lain, berpikir mengenai kemungkinan-kemungkinan baru, memikirkan hal-hal yang belum ada. Itulah mengapa, berpikir kreatif berada pada hierarki tertinggi dari taksonomi berpikir manusia.


Komentar

Populer Sepekan