Insomnia
Ada sekitar
dua jam-tiga puluh menit saya hanya pura-pura tidur. Itu dihitung sejak sekitar
jam satu malam saat saya mencoba tidur setelah menonton Prestige, hingga sekitar jam dua-tiga puluh menit saat saya ke WC
untuk membuang ingus yang penuh di hidungku. Iya, sudah tiga hari sejak dari
Malino saya terserang flu. Apakah ini yang disebut insomnia?
Walau Wikipedia bilang, “insomnia adalah gejala
kelainan dalam tidur. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat
bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat
adanya permasalahan psikologis.” Nah, kalau memang seperti itu, kesulitan tidur
yang kualami bisa dibilang insomnia. Bukan karena gangguan psikologis yah, tapi
lebih disebabkan suatu penyakit; flu. Sebab, tak ada beban masalah yang
menumpuk sehingga saya harus depresi dan membuatku kesulitan tidur. Itu berarti
tak ada perempuan yang harus saya pikirkan sepanjang hari sehingga membuat
mentalku terganggu (mengingat saya jomblo), atau tak ada tugas kuliah yang
menumpuk dan Nilai IPK yang amburadul sehingga saya harus mencemaskannya
sepanjang hari (mengingat saya sudah bukan mahasiswa lagi), dst.
Tapi, secara
psikologis sebenarnya saya cukup terganggu. Justru karena flu, akhirnya berjam-jam
saya mengalami stres karena sakit
kepala, juga karena ingus yang mengalir turun dari lubang hidung, dan terasa
menjengkelkan. Oleh karena stres, akhirnya berdampak bagi istirahatku. Bukankah
kalau sudah stres, berarti ada indikasi gangguan psikologis level rendah?
Entahlah.
Tapi suatu
kesyukuran, untung saya tidak sendiri. Kucoba
memantau aplikasi BBM di handphone-ku,
ternyata banyak yang mengirim status tentang keadaan insomnia dari beberapa
orang yang ada di daftar teman BBM-ku. beberapa orang hanya menulis, insomnia.
Singkat saja. Pun, ada juga yang menambahkan sedikit kata-kata, insomnia karena
kamu. Dan ada juga, selamat hari insomnia sedunia. Maka haruskah saya menulis status kayak
begitu? Saya rasa tidak usah. Tidak penting-penting amat. Lagi pula tidak ada
seorang perempuan sebagai alasan yang membuat saya harus menulis kayak begitu
agar diperhatikan. Kan, saya jomblo.
Oke. Ini
persoalan genting. Saya harus mengatasi insomnia ini. Sebab, tidur adalah
bagian dari naluri manusia. Jika itu tidak dilakukan, maka akan menyalahi
hakikat manusia sebagai mahluk yang butuh istirahat. Dan di mana-mana, menyalahi hakikat itu mempercepat
kerusakan entitas manapun di seluruh alam semesta. Seperti ketika sapu ijuk
dipakai memukul tikus, pasti akan cepat rusak. Sebab, hakikat sapu ijuk itu
untuk membersihkan sampah di lantai rumah, bukan memukul tikus, apa lagi
memukul maling kelas teri. Begitu pun tubuh manusia, ketika kurang tidur, maka
akan mendatangkan kerusakan tubuh. Sebab, telah menyalahi hakikat manusia sebagai
mahluk yang butuh istirahat.
Lantas, bagaimana cara mengatasi insomnia? Saya
mencoba menelusuri di mesin pencari Google,
ternyata saya menemukan beberapa caranya.
Pertama, mengurangi minum alkohol. Bagi saya
ini tidak penting dilakukan. Sekarang saya tidak sedang menikmati minuman
beralkohol. Lagi pula, apa hubungannya insomnia dengan alkohol yah? Justru bagi
saya, minum alkohol itu mempercepat tidur. Makanya, beberapa orang yang lagi
patah hati lebih memilih meminum minuman keras, agar dia hilang kesadaran,
kemudian terlelap, dan akhirnya tidur. Tapi mungkin saja dalam kandungan
alkohol ada semacam zat yang secara perlahan mengganggu syaraf di otak.
Sehingga dengan ini, orang yang terbiasa minum alkohol akan kesulitan tidur.
Entahlah. Ini perkiraan ku saja.
Kedua, melakukan terapi bagi yang sedang
mengalami gangguan psikologis. Untuk saya ini tidak perlu. Lagi pula saya tidak
depresi amat. Stres yang kualami pun
bisa dibilang levelnya rendah. Artinya, tidak sangat mengganggu kejiwaan.
Tinggal bagaimana mengakali sakit kepala dan ingus ini tidak dipersepsi sebagai
beban. Itulah mengapa saya akhirnya
menulis catatan ini, agar tidak terlalu memikirkan penyakit flu yang tengah
kuderita.
Oh, iya.
Bagaimana pula saya mau memulai tidur jika masih menulis catatan? Artinya, bisa
dibilang saya tengah dalam keadaan terjaga secara sengaja, iya kan? Waduh! Kalau begitu saya akhiri saja tulisan ini. Apalagi
waktu telah memasuki subuh. Sedikit lagi tembus pagi. Biasanya kalau sudah
dalam keadaan begini, saya bisa tidur sekitar jam 6 atau jam 7 pagi. Payah!
Mudah-mudahan ini tidak terulang lagi ke esokan harinya.
Komentar
Posting Komentar