Sekadar Tahu Saja, Tidak Penting-Penting Amat Sih: Dostoevsky Yang Tak Jadi Mati
Tak sedikit dari sekian banyak pemikir
dunia yang hidup nuansa yang getir. Salah satunya adalah Dostoevsky, sastrawan
asal Rusia. Ayahnya yang seorang pemabuk dan pemain perempuan harus mati di tangan
para pekerja perkebunannya sendiri. Sedangkan dirinya sendiri, senang
mabuk-mabukan dan berjudi hingga suatu ketika, ia harus lari keluar dari Rusia
guna menghindari kejaran para penagi utang.
Yang lebih mencekam dalam hidupnya adalah saat ketika maut sudah di depan matanya sendiri. Sekitar tahun 1847-an, ia bersama puluhan rekannya dari Petrashevsky, kelompok revolusioner berhaluan kiri, ditangkap untuk kemudian di hukum mati. Itu karena kegiatan politiknya mengancam stabilitas pemerintahan Rusia pada saat itu. Ketika eksekusi dilakukan, datanglah titah dari Tsar Nikolas untuk mengubah hukuman mati menjadi hukuman penjara sembari menanggung hukuman kerja paksa di Omsk, Siberia. Dostoevsky selamat beserta beberapa rekannya yang tersisa. Meskipun 3 orang dari rekannya telah menemui ajal saat titah dari Tsar Nikolas belum tiba dan hukuman mati dilaksanakan.
Tapi, kemudian, Dostoevsky mulai
menjadi tersohor se-antero dunia sebagai sastrawan, justru karena ia tak jadi
mati. Setelah insiden penghukuman yang nyaris merenggut nyawanya, ia menulis
beberapa Novel teranyar. Di antara beberapa buah karyanya yang populer adalah Crime and Phunisment, Note from underground, dan the broders karamazov. Ketiganya telah
di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Yang paling unik adalah The brothers Karamazov, diterjemahkan
dengan gaya komik. Ia juga sempat menuliskan memoarnya saat
hidup di penjara dengan judul House of
the dead. Pun, setelah insiden tersebut, Dostoevsky akhirnya mengambil
jalan menikung dari seorang sosialis menjadi seorang chauvinis.
Komentar
Posting Komentar