Kesadaran, Kebebasan dan Sartre


Tak semua orang bisa menjadi filsuf. Gelar filsuf sama sekali tak didapatkan melalui jenjang akademis. Ia juga tak digenggam dari seberapa banyak anda membaca buku-buku filsafat. Namun gelar filsuf hanya mungkin bila kritis telah menjadi cara hidup. itulah mengapa tak berlebihan kiranya bila Jean Paul Sartre ditasdiq sebagai seorang filsuf.

Di usia 12 tahun Sartre telah melepaskan keterikatannya pada Tuhan dengan sebuah pengakuan sadar “tak percaya pada Tuhan”. Dengan kritis sebagai carta hidup, ia pun gemar turut andil dalam kegiatan demonstrasi, menuntut praktek ketidak adilan yang kerap terjadi di masanya. Ketidak adilan yang baginya kerap kali dirasakan oleh kaum buruh. Maka kegiatan demonstrasinya pun selalu pada membela proletariat. Sebab seorang sartre adalah seorang yang akrab dengan sosialisme dan negara-negara komunis. Inilah mungkin menjadi alasan yang tepat mengapa sartre menolak penghargaan dari Nobel. Sebab, pikirnya, Nobel adalah lembaga kaum borjuis yang selama ini kerap dikritisinya.
 
Jalan hidup Sartre adalah ikhwal yang tak biasa. Keberpihakannya pada kaum buruh petanda ia mafhum betul bahwa manusia tak serta merta bisa diperlakukan layaknya benda-benda yang mekanis. sebab menurutnya manusia memiliki kesadaran dan kebebasan yang membedakannya dengan benda-benda. Maka memperlakukan manusia tak sama dengan memperlakukan benda-benda. Ia bahkan melakukan pemisahan radikal “ada” untuk membedakan manusia dengan keberadaan eksternal. dalam bukunya yang terkenal Being and Nothingness  Sartre memandang “ada” di tengah-tengah dunia memiliki dua bentuk yang dibedakannya secara tegas dan radikal. Yang pertama adalah entre-pour-soi (being-for-itself atau ada bagi dirinya) dan kedua adalah entre-en-soi (being-in-itself atau ada dalam ditrinya).

Entre-pur-soi adalah “ada” yang berkesadaran; manusia. dengan kesadaran sebagai hakikatnya, manusia  dapat melakukan afirmasi maupun negasi terhadap sesuatu yang berhadapan dengan dirinya. Kesadaran membuat manusia dapat mengatasi, mengatur, memilih dan memaknai dikarenakan kesadaran memiliki karakteristik intensionalitas, yakni terarah pada sesuatu. Saat kesadaran mengalami proses intensionalitas maka dititik itulah kesadaran membawa manusia menyadari sesuatu.dan “menyadari” adalah tahap awal dimana subjek dapat melakukan afirmasi dan negasi. Dengan ini ada yang unik lagi dari kesadaran, yakni negativitas. bahwa kesadaran memiliki kemampuan untuk meniadakan. dalam Being of Nothingness Sartre menjelaskan kesadaran adalah sumber yang menciptakan ketiadaan. Ketiadaan yang dimaksud disini ialah ketakhadiran dari bagian-bagian yang hilang dalam totalitas “ada”. Kehilangan dan ketiadaan dalam totalitas“ada” bukanlah bersumber dari “ada” itu sendiri, melainkan kesadaran dapat melakukan perbuatan negasi terhadap ada, yakni menidak terhadap ada.

Dengan munculnya kesadaran itu maka “ada” terancam oleh ketiadaan. Itu berarti sadar akan sesuatu berarti meniadakan sesuatu. Itulah mengapa Sartre menganggap kehadiran manusia menjadikan ketiadaan muncul di Bumi ini. praktek negasi terhadap “ada” bisa kita contohkan seperti berikut: suatu saat si A mencari pulpen di meja belajarnya. Si A mencari terus menerus dan hanya menemukan buku, kertas, spidol dan pensil, sementara pulpen sama sekali tidak ditemukan. Syahdan, Si A berkesimpulan bahwa pulpen di meja belajar tak ada.  Si A menganggap pulpen di meja belajarnya tidak ada dengan cara menegasi “ada”. Yakni menidak benda-benda di meja belajar; buku bukan pulpen, kertas bukan pulpen dst. Dengan kemampuan negativitas dari kesadaran, manusia mampu melakukan penolakan terhadap sesuatu.

Sebaliknya, entre-en-soi adalah “ada” yang tak berkesadaran yang bisa kita tujukan pada benda-benda.  “ada’ yang tak berkesadaran telah ditentukan esensinya dan beradanya. Ia adalah suatu imanensi yang tak dapat merealisasikan dirinya sendiri. Ia adalah gelap bagi dirinya sendiri. ia tak dapat melakukan hubungan keluar. Maka ia pun tak dapat melakukan afirmasi dan negasi. Justru ia di atasi oleh manusia sebagai “ada” yang berkesadaran.

Hadirnya kesadaran dalam diri manusia menyebabkan ia memiliki kebebasan. Dengan Karakteristik intensionalitas kesadaran, manusia mampu secara bebas melakukan hubungan keluar terhadap realitas eksternal. Sehingga mampu dengan bebas memilih, mengatur, dan memaknai dunia. kebebasan pun dapat digenggam sepenuhnya oleh manusia dengan negativitas kesadaran. Dengan menegasi “ada”, berarti manusia menentukan dirinya sendiri tanpa kompromi terhadap keadaan.

Kebebasan bagi Sartre membuat manusia menentukan dirinya sendiri, menentukan pilihan-pilihan sesuai kehendaknya. Menjadi ini dan itu sepenuhnya adalah pilihan bebas manusia. syahdan, esensi manusia adalah hasil dari kehendak bebasnya sendiri. Dengan demikian manusia bukanlah gurpa yang mekanis, bukan pula robot. Manusia tidak dapat diredusir kepada suatu proses sejarah atau lingkungan sosial. manusia sepenuhnya bebas. Manusia adalah kebebasan itu sendiri ungkap Sartre.

Namum menurut Sartre, ada masa dimana kebebasan menjadi pengalaman yang tak menyenangkan dan menghadirkan kecemasan. Sebab kebebasan menuntut tanggung jawab yang harus dipikul oleh manusia sebagai ekses dari pilihan-pilihannya. tindakan bebas manusia pastilah melahirkan konsekwensi-konsekwensi yang tak terduga dan tak teramalkan. Perihal ini mesti ditanggung oleh manusia sendiri. Maka dari sini kebebasan melahirkan kecemasan.

Apa yang diungkapkan Sartre mengenai kesadaran dan kebebasan adalah perihal yang berani. Seperti praktek dan pilihan hidupnya yang juga perihal yang berani. Disinilah letak keunikan seorang Sartre. Bahwa setiap pijakan pemikirannya dipraktikkan dalam laku hidupnya. Ia menjadikan hidupnya sebagai yang bebas dan penuh kesadaran terhadap situasi sekelilingnya. Ia tetap menjaga dirinya dari konstruksi sosial yang bisa menghambat kebebasannya, yang bisa membuatnya seperti benda-benda mati. Tak cukup salah bila Sartre memilih menjadi seorang aktivis di masa hidupnya. Sebab, menjadi aktivis membuat ia bisa mempraktikkan segenap teorinya, tentang kesadaran dan kebebasan. []

---Muhajir---






                                                                    


Komentar

Populer Sepekan