Kampusku kian megah; Astagfirullah!!
Kampus-kampus perlahan menjelma menjadi
elit. Gedung-gedungnya dipermak semegah mungkin; tinggi, tertata. Desainnya
indah dan mewah. Pujian-pujian dari masyarakat semakin membahana. Mengangkat namanya
terkenal seantero Kota. Birokrasi kemudian terasa bangga sebagai aktornya. Ia bagaikan
artis yang lagi bahagia ditengah gemuruh tepuk tangan para fansnya. Entah dari
sudut pandang mana logika bisa mencernanya. Kampus terkenal, mereka yang sibuk ngekoprol penanda sangking senangnya mereka.
Dana terus mengalir pada pembangunan kampus. Datangnya dari pemerintah
dan mahasiswa. Miliyaran rupiah bisa
jadi jumlah yang dihabiskan. Mungkin
itulah cara mereka menaikkan mutu dan
identitas kampus. Sungguh niat yang “suci”?. Memang kampus kita jauh tertinggal
oleh kampus dari negara lain. Dengan itu kita berburu menyamainya melalui “segera
bedah kampus”.
Sekarang kita melihat bangunannya mantap.
Tapi tidakkah kalian tahu isinya? Disana ada kekewatiran. Sebuah wajah carut
marut. Kuantitas diperkuat mulai dari jumlah mahasiswa, jurusan. Sebuah isyarat, orientasi birokrasi cenderung
kearah profit. Tapi tahukah kita, dari arah
itu ada yang terpinggirkan. Kualitas menjadi korban, menjadi terpenggal.
Kita tak lagi menemukan ruang mahasiswa dimana ia menjadi kritis. Namun kita menemukan mahasiswa menjadi krisis:
krisis identitas, pengetahuan, militansi, kreativitas. Sekarang tak usah
bertanya pada mahasiswa tentang apa itu manusia, filsafat, kapitalisme,
penindasan dan bla... bla... bla..., yakin dan percaya yang sanggup untuk
menjawabnya dapat dihitung jari. Tapi bertanyalah tentang fashion, stlye, pacar
baru dan sebagainya dan sebagainya, maka mereka pasti khatam.
Untuk kondisi dosen saat ini, Kebanyakan
mereka terlihat tak punya gaiarah dalam mempertajam kualitas pengetahuannya.
cara mengajarnya cenderung konservatif; senang mendikte, sok lebih banyak tahu
dan tidak mengembangkan daya kritis-inovatif mahasiswa. dalam waktu senggang
mereka dikampus tak selalu dimanfaatkan untuk membaca dan berdiskusi dengan
mahasiswa namun selalu saja dimanfaatkan untuk memeriksa tugas mahasiswa yang
menumpuk, bergosip, arisan dan sesekali mengadakan acara masak-masak.
Ini lucu kawan! kampus seakan-akan dipandang
baik bila berhiaskan gedung-gedung yang menjulang tinggi dari pada kualitas individu-individu
yang menaunginya. Rimba luas pengetahuan kurang diminati lagi untuk dijelajahi
baik dikalangan dosen maupun mahasiswa. proses pembelajaran mutlak sama dengan
hari-hari yang lalu; tidak transformatif. Padahal kampus adalah panggung
intelektual. Ia bukan sekedar bangunan yang tampak mewah dan elegan. Ternyata
birokrasi akhir-akhir ini menyibukkan diri dalam urusan penampilan yang jelas
dan yang tampak. Niatnya tak lain mengangkat citra dan menunggu datangnya
sanjungan bertubi-tubi oleh publik. Penampilan memang terkadang menjadi sesuatu
yang diusahakan karena ia adalah daya tarik. Dan kampus bila ingin dilirik harus
memiliki daya tarik. Maka penampilah menjadi sesuatu yang dianggap substansi
pada busana kampus. Tapi kadang penampilan sering menipu. Ada orang yang
berpenampilan religius tapi hatinya tak religius. Kampus berpenampilan mewah dengan
model yang sedikit lebay namun iklim intelektualnya tak terasa bukankah itu
adalah hal yang memalukan?
Yang lebih menghawatirkan lagi ialah
ditengah gesitnya pembangunan gedung-gedung kampus, dana kemahasiswaan tak
kunjung-kunjung cair. Hal tersebut terjadi di UNM entah dikampus yang lain.
Dalam hiruk pikuk pembangunan gedung Phinisi, lembaga kemahasiswaan malah
tertatih-tatih dan terseok-seok. Dana sebagai salah satu kekuatan penggerak
organisasi belum diterima pihak lembaga sampai saat ini. sungguh ironis, apa yang sedang meracuni
pikiran para pimpinan kampus? Mari refleksi dan bertanya.[]
By: Muhajir
Komentar
Posting Komentar