HIMATEP; “Kisahmu Tak Pernah Usai”



Sebuah kisah bila ingin dikenang maka mesti memiliki daya eksotis yang memikat. Ia  juga mesti memiliki struktur narasi yang mengagumkan lagi menyentuh jiwa. Seperti halnya kisah percintaan yang romantis namun tragis antara romeo dan juliet. Kisahnya  sampai saat ini masih melekat dalam nalar setiap orang karena perjalanan percintaan dua sejoli tersebut meluluhkan hati setiap orang pada zamannya. Kisah heroik bung karno mengundang simpati masyarakat indonesia hingga akhirnya tetap bertahan disetiap zaman. kisah yang dalam narasinya tersimpan tilas jejak-jejak keistimewaan pastilah abadi dalam sejarah karena Sesuatu yang istimewa pastilah memikat.
HIMATEP adalah organisasi kemahasiswaan tingkat jurusan. dalam perjalanan eksistensinya tak dapat dipungkiri memiliki peran penting dan pengaruh yang besar dalam dinamika kemahasiswaan difakultas FIP. Dengan  idiom “kisahmu tak pernah usai” menjadi penanda atas petanda tentang  keutuhan eksistensinya dalam panggung sejarah kemahasiswaan. Ia bisa juga bermakna tentang jejak narasinya yang absolut. Namun hal itu hanyalah sebatas idealitas dari idiom tersebut. Bisa saja kedepan tak demikian. Hal itu tergantung apakah “roda penggerak” HIMATEP berjalan tertatih atau berjalan dengan apik dalam menjadikan ia sebagai organisasi unggul, istimewa dan memikat. Karena ketiga kualitas tersebut sudah cukup mencatatkan nama HIMATEP agar tetap absolut pada lembar sejarah kemahasiswaan.
Siapakah “roda penggerak itu? tak lain ialah fungsionaris HIMATEP. Sekumpulan individu yang diikat oleh komitmen sakral lembaga. Komitmen tentang kerja yang mesti diutamakan. Karena dalam kerja, disamping untuk membangun apa yang berguna bagi organisasi dan mahasiswa, juga membangun apa yang berguna bagi diri; pengetahuan dan kreativitas. Kerja disini bukanlah apa yang dipersepsikan Marx sebagai laku yang terpenjara dalam selubung alienasi. Dimana yang kerja terasing dalam hasil kerjanya, yang kerja menghabiskan tenaganya dalam keterpaksaan. Namun kerja disini adalah laku manusiawi. Yang mana dalam kerja kita “mengada” dan menikmati sendiri hasilnya disamping dinikmati pula oleh orang lain. Syahdan, dalam kerja,  HIMATEP dapat dikata sebagai Organisasi perkaderan. Dengan kerja sebagai laku utama organisasi, akan menciptakan situasi perkaderan baik kaderisasi yang sifatnya kolektif maupun kaderisasi individu; kaderisasi “diri-diri”.
Kerja mesti diterjemahkan dalam praksis Agar HIMATEP memiliki pengaruh dalam arena kampus. Hal ini penting bagi pelebaran sayap identitas khas organisasi.  karena bila hanya diam ditempat maka sama halnya membunuh identitas. Siapa sangka Sokrates yang hanya rakyat biasa berwajah buruk dari athena menorehkan sejarah? Siapa sangka Albert Einstein yang dimasa kecilnya dinilai sebagai orang yang bodoh dan malas masuk sekolah ternyata dapat menorehkan sejarah? Segala sesuatu hanyalah sekumpulan kemungkinan-kemungkinan belaka hanya saja mereka memiliki pengaruh pada zamannya. Bila HIMATEP menanamkan pengaruh, bukan tak mungkin ia akan tetap berjaya dan tak usai.
HIMATEP mesti membuka ruang refleksifitasnya, mencoba masuk kedalam lalu bertanya “ sudah sejauh mana HIMATEP berpengaruh terhadap realitas kemahasiswaan?” karena refleksi bisa menjadi sebuah alas untuk berpijak dan berlari kedepan. Namun sejauh ini HIMATEP “ belumlah usai”. Karena kita masih mengutamakan kerja sebagai laku yang utama dalam organisasi.[]


Komentar

Populer Sepekan